“Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari lima rukun
Islam yang menjadi kewajiban agama,” begitulah yang ditulis Prof. Dr. Abdul
Basith Muhammad as-Sayyid dalam sebuah bukunya. Prof. Dr. Abdul Basith Muhammad
as-Sayyid adalah pakar kedokteran dan biofisika yang aktif melakukan kajian
seputar pengobatan ala Nabi shallâllahu ‘alaihi wa sallam. Beliau banyak
menghasilkan karya ilmiah tentang pengobatan alternatif, yaitu pengobatan
dengan sejumlah rerumputan dan tumbuh-tumbuhan.
Salah satu bukunya berjudul At-Taghdziyah an-Nabawiyah
(Al-Ghadza baina ad-Daa wa ad-Dawa) diterbitkan Alfa pada tahun 1997. Almahira menerbitkannya
dalam bahasa Indonesia pada tahun 2006 menjadi Pola Makan Rasulullah
(Makanan Sehat Berkualitas Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah). Namun, buku
yang menjadi koleksi kamar baca saya merupakan cetakan ketiga (September 2007).
Saya membelinya saat menyambangi Pesta Buku Solo 2008.
Pola Makan Rasulullah (Makanan Sehat Berkualitas Menurut
al-Qur’an dan as-Sunnah)
mengandung 388 halaman yang mengupas makanan sehat untuk bayi sampai lanjut
usia disertai resep penyembuh berbagai penyakit dan program diet yang aman dan
Islami. Berdasarkan isinya, buku tersebut terdiri atas enam bagian tentang
makanan. Adapun masing-masing bagian terdiri atas belasan sampai puluhan
subbagian.
Berkaitan Ramadhan, sekurangnya ada dua subbagian tentang
puasa dalam buku tersebut, yaitu makanan saat berpuasa dan berbuka yang baik. Dituliskan
bahwa puasa bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit jasmani: lever,
gangguan lambung (mag), kegemukan, penyumbatan pembuluh darah, tekanan darah tinggi,
radang ginjal, sakit persendian, gangguan pernapasan, infeksi kulit, eksem, dan
kulit sensitif. Puasa juga dapat menyembuhkan penyakit jiwa atau gangguan
mental. Hal itu karena puasa menanamkan keutamaan sabar, pengendalian diri, dan
penguatan kehendak pada diri seseorang.
Saat berbuka, disunatkan dengan beberapa butir ruthab
(kurma matang-basah). Sebagai makanan manis, ruthab lebih cepat
mengirimkan energi ke seluruh anggota tubuh sehingga orang tidak lagi merasa
lelah dan malas. Selain itu, ruthab merupakan makanan ringan yang tidak memberatkan
lambung. Adapun menyegerakan makanan berat saat berbuka menyebabkan dyspepsia
(kesulitan mencerna) yang tidak nyaman. Begitu pun makanan berlemak yang
dikonsumsi dalam jumlah besar saat berbuka, proses pengubahannya menuntut kerja
keras sel-sel hati yang membahayakan kesehatan jasmani.
Terpikat membaca buku itu dalam-dalam, bukan? Selamat
berjuang mendapatkannya, ya! Banyak manfaat, in-syâ Allâh.
Boyolali,
26 April 2020
Artikel ini telah dipublikasikan
dalam majalah Ar-Royyan Edisi 59 (Ar-Risalah Peduli, Mei 2020) pada rubrik
Bicara Buku.