Copyright By Dhaniar Retno Wulandari | Powered by Blogger

Senin, 17 Juni 2019

Guruku

Guruku...
Terima kasih atas jasamu selama ini
Kau sabar membimbing murid ke akhlak yang baik
Kau ikhlas mengajarkan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat
Satu demi satu, perlahan demi perlahan
Tanpamu 'ku bukan apa-apa

Wahai, guruku...
Banyak kenangan bersamamu
Tak mudah 'ku lupakan begitu saja
Waktu ini serasa cepat
Hati ini terasa berat
Untuk berpisah
Maafkan jika 'ku pernah salah

Guruku...
'Ku bersyukur mempunyai guru sepertimu
Doakan aku, wahai, guru..
Agar semakin baik akhlakku
Dan tak menyia-nyiakan ilmu darimu

Jazâkumullâhu khairan, guruku

Surakarta, 19 Mei & 6 Juni 2019


Puisi ini merupakan hasil perombakan saya berdasarkan puisi yang ditulis oleh Naafi'ah Sri Utami (VI C) pada tanggal 19 Mei 2019. Saya merombaknya pada tanggal 6 Juni 2019. Selanjutnya, puisi ini dibacakan Naafi'ah Sri Utami pada tanggal 15 Juni 2019, tepatnya saat Akhirusanah Angkatan XIII SDIT Ar-Risalah di Hotel Grand Setiakawan, Banjarsari, Surakarta.

Tautan untuk mengunduh video: https://www.youtube.com/watch?v=TS0n895mzzk

Kakak-Kakakku

Hari ini tiba juga
Hari perpaduan air mata dan senyuman
Hari menjelang usainya kebersamaan
Di antara kalian
Juga dengan Ustâdz/Ustâdzah
Di sekolah kita tercinta

Oh, kakak-kakakku
Ingatkah kalian, siapa yang mengajarkan hadis
Ittaqillâha haitsumâ kunta..?
Saat kalian masih menggemaskan
Atau mungkin masih suka menangis

Ah, waktu demikian cepatnya ya, Kak?
Dan kini kalian demikian pandainya
Sudahkah kalian merenung?
Bersyukur?
Atas nikmat ilmu dan persaudaraan
Di SDIT Ar-Risalah, Surakarta

Kakak-kakakku
Hari ini bukan perpisahan
Ini hanya hari untuk mengingatkan
Bahwa kalian harus melanjutkan
Segenap perjuangan
Menggapai masa depan
Penuh harapan

Ittaqillâha haitsumâ kunta.., ya, Kak!
Semoga tercapai cita-citamu

Surakarta, 4 Mei 2018


(Puisi ini saya tulis menjelang Akhirusanah Angkatan XII SDIT Ar-Risalah, Surakarta. Selanjutnya, puisi ini dibacakan oleh Ameilia Dzakya Nurazizah [V C] dan Rahmania Maulida Putri Pramatya [V D] saat akhirusanah tanggal 14 Mei 2018 di Hotel Multazam, Pabelan, Kartasura. Puisi ini dibacakan kembali oleh Mirzab Faizul Akbar [V B] saat Akhirusanah Angkatan XIII tanggal 15 Juni 2019 di Hotel Grand Setiakawan, Banjarsari, Solo.)

Senin, 11 Maret 2019

Bersabarlah Membaca!


“Buku adalah jendela ilmu. Pintu ilmu adalah membaca.” Itulah tulisan yang saya baca tadi pagi pada dinding sebuah sekolah dasar swasta Islam di Solo. Siapa yang pertama kali mengemukakannya? Entah.

Saat itu saya sedang mendampingi seorang murid untuk lomba baca puisi. Puisi (wajib) yang akan dibaca murid saya berjudul “Krawang-Bekasi”. Qadarullâh, saya mempunyai sebuah buku yang mengandung puisi tersebut. Tentu banyak yang tahu bahwa puisi itu terdapat dalam sebuah buku kumpulan sajak karya penyair Indonesia bernama Chairil Anwar. Oh!

Saya jadi ingat cerita indah tentang saya dan suami. Saat itu kami baru saja menikah. Kami pun berbenah. Ternyata, kami memiliki dua buku yang sama, yaitu buku karya Chairil Anwar dan William Shakespeare. Pada buku tertera bahwa suami saya membeli buku Chairil Anwar tersebut pada tanggal 12 Januari 2003 dan saya membeli pada tanggal 4 November 2003. Berarti, saya terlambat beberapa bulan dibanding suami saya. Ah!

Kembali pada tulisan tadi, “Buku adalah jendela ilmu. Pintu ilmu adalah membaca.” Saya mempunyai sebuah buku kecil dan tipis berjudul Indahnya Kesabaran karya Abdullah Gymnastiar. Pada halaman lima tertera bahwa buku tersebut jatuh di tangan saya pada tanggal 31 Mei 2006. Namun, saya benar-benar tidak ingat: Apakah saya membelinya atau mendapatkannya secara cuma-cuma? Seingat saya, saat itu ada kajian dari Abdullah Gymnastiar di Manahan, Solo. Wah!

Pada halaman identitas tampak bahwa buku itu diterbitkan oleh Khas MQ pada bulan Oktober 2004 dan mengalami cetak ulang keempat pada bulan April 2006. Pada halaman pendahuluan, Abdullah Gymnastiar mendoakan pembaca agar digolongkan sebagai ahli sabar. Âmîn, yâ, Rabb. Abdullah Gymnastiar menuliskan, “Innallaha ma’ashabirin”. Saya pun mencari kalimat tersebut dalam Alquran. Saya menemukannya dalam Alquran surah Al-Anfâl (8) ayat 46. Innallâha ma’ashshâbirîn, artinya sesungguhnya Allah (Allâh) beserta orang-orang yang sabar.

Abdullah Gymnastiar mengatakan bahwa sesungguhnya kesabaran membuat daya tahan seseorang menjadi luar biasa. Beliau mengutip terjemahan Alquran surah Âli ‘Imrân (3) ayat 200. Saya pun membuka Syaamil Al-Qur’an Terjemah Tafsir Per Kata yang diterbitkan Sygma Publishing. Tata bahasa terjemahannya hampir sama. Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung! Begitulah jika saya tulis.

Terjemahan tersebut mengingatkan saya pada peristiwa perang yang dialami Rasulullah (Rasûlullâh) shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Materi peristiwa perang tersebut merupakan bagian dari mata pelajaran Sirah kelas V. Tahun pelajaran ini saya menjadi salah satu pengampunya. Sungguh sebuah kehormatan bagi saya karena telah dipercaya mengajar Sirah. Ya, Allah, bimbinglah hamba!

Abdullah Gymnastiar mengemukakan pada halaman terakhir bukunya bahwa sabar adalah kegigihan kita untuk terus berada di jalan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ. Sungguh jika kita membaca buku tentang Sirah, Tarikh, atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI); kita akan terpesona karena Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam benar-benar teladan kesabaran. Mâsyâ Allâh!

Nah! Sebagai Muslim, sudah sepantasnya kita meneladani Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Dalam hal ini adalah meneladani kesabaran beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Kita harus terus berada di jalan Allah Subhânahu wa Ta’âlâ.

Kembali pada tulisan tadi, “Buku adalah jendela ilmu. Pintu ilmu adalah membaca.” Maka, bersabarlah membaca sebagai upaya menuntut ilmu! Bukankah menuntut ilmu diwajibkan bagi Muslim sejak lahir sampai ke liang lahat?


(Artikel ini saya kirimkan ke http://ar-risalah.org pada tanggal 27 Oktober 2017 dan dipublikasikan pada tanggal yang sama [http://ar-risalah.org/bersabarlah-membaca/].)

Kamis, 07 Maret 2019

Menyusuri Kehidupan Rasulullah ﷺ Secara Global dalam Tahdzîbus Sîrah an-Nabawiyyah


Menyusuri Kehidupan Rasulullah  
Secara Global dalam 
Tahdzîbus Sîrah an-Nabawiyyah


“Muhammad adalah rasul Allah ….” Demikianlah kutipan alih bahasa dari Alquran (Al-Qur’ân) Surah Al-Fath (48) ayat 29. Setiap orang yang mendengar nama beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam, akan tergerak hatinya untuk mencari keterangan perihal diri beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Hal itu karena beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam diutus Allah (Allâh) Subhânahu wa Ta’âlâ untuk menjadi rahmat bagi semesta alam, sebagaimana firman Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dalam Alquran Surah Al-Anbiyâ’ (21) ayat 107. Semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ senantiasa melimpahkan selawat (shalawât) dan salam kepada Nabi Muhammad, Rasulullah (Rasûlullâh) shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Âmîn, yâ, Rabbal ‘âlamîn.

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan kehidupannya memang tidak lekang dari kemenarikan. Tidak lekang di bibir kita, tidak lekang dari hati kita. Dalam Alquran Surah Al-Ahzab (33) ayat 21, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman yang artinya “… Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah ….”

Alhamdulillâh, tidak sedikit buku yang mengulas kehidupan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Tidak sedikit pula yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Salah satu buku tersebut adalah Tahdzîbus Sîrah an-Nabawiyyah karya Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi. Buku tersebut diterjemahkan oleh Akhmad Syaikhu menjadi Sirah Nabi Muhammad (Ringkas, Lengkap, dan Mudah Disertai Dalil-Dalil yang Akurat) dan diterbitkan oleh Pustaka Ibnu ‘Umar di Bogor pada tahun 1434 H.

Buku tersebut mungkin berukuran paling kecil dari sekian buku tentang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Setidaknya buku tersebut berukuran paling kecil dari sekian buku tentang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang ada di perpustakaan pribadi saya. Hal itu tidak berarti saya mengatakan bahwa saya sudah menguasai pengetahuan tentang kehidupan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

Melalui buku berukuran 10,5 x 15 cm tersebut, kita akan menyusuri kehidupan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam secara global. Buku tersebut seakan-akan menekankan pengetahuan tentang kehidupan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang sekurang-kurangnya dipahami seorang Muslim. Sirah Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam dalam buku tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendahuluan dan penutup. Bagian pendahuluan terdiri atas 21 bagian, yaitu dimulai bagian nasab Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan diakhiri bagian kekhususan Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Selaras dengan terjemahan judulnya; setiap bagian dalam pendahuluan memaparkan intipati yang ringkas, lengkap, dan akurat. Selanjutnya, Imam an-Nawawi menegaskan pada bagian penutup bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik manusia dari generasi terdahulu dan terkemudian.

Hal lain yang menarik dari buku tersebut adalah daftar pustaka sepanjang lima belas halaman yang mencantumkan 99 sumber bacaan. Sungguh pembacaan yang mengagumkan. Pihak penerbit menyebut buku tersebut sebagai mahkota berharga dari perbendaharaan ilmu para ulama salafush-shalih tentang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang dipetik oleh Imam an-Nawawi rahîmahullâh.

Nah, sudahkah kita memiliki dan membaca tuntas buku tersebut? Alhamdulillâh, saya sudah memilikinya pada awal 1437 H. Namun sepertinya, saya harus membaca dan membacanya lagi. Semoga pengetahuan kita tentang kehidupan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam semakin memukau.



(Artikel ini saya kirimkan ke http://ar-risalah.org pada tanggal 3 Juli 2017, kemudian dipublikasikan pada tanggal 4 Juli 2017 [http://ar-risalah.org/menyusuri-kehidupan-rasulullah-%ef%b7%ba-secara-global-dalam-tahdzibus-sirah-an-nabawiyyah/].)


Catatan
Hampir dua pekan lalu, tepatnya tanggal 23 Februari 2019, saya membeli Al-Urjûzah Al-Mî’iyyah fî Dzikr Hâl Asyraf Al-Bariyyah atau Urjuzah Mi’iyyah: Nazham Ringkasan Sirah Nabi Muhammad dari Lahir Hingga Wafat (Pustaka Arafah, 2018). Ukuran buku tersebut lebih kecil daripada Tahdzîbus Sîrah an-Nabawiyyah atau Sirah Nabi Muhammad (Ringkas, Lengkap, dan Mudah Disertai Dalil-Dalil yang Akurat) (Pustaka Ibnu ‘Umar, 1434 H). Panjang buku tersebut 12,5 cm.