Copyright By Dhaniar Retno Wulandari | Powered by Blogger

Sabtu, 08 Agustus 2020

Untaian Nasihat agar Selamat dalam Ayyuhal Walad

Assalâmu’alaikum, Ibu dan Ayah. Mulai Januari 2020 ini rubrik Literasi berganti Bicara Buku, ya. Nah, buku pertama yang saya bicarakan adalah Ayyuhal Walad karya Abu Hamid al-Ghazali.

Abu Hamid al-Ghazali dikenal dengan Imam Ghazali. Beliau adalah seorang cendekiawan Islam yang lahir pada tahun 1058 M dan wafat pada tahun 1111 M. Pemikirannya telah dikenal di antero dunia Islam.

Ayyuhal Walad versi terjemahan bahasa Indonesia adalah buku parenting yang pertama saya miliki. Buku itu diterbitkan oleh Gema Insani Press pada Februari 1991. Namun, milik saya merupakan cetakan ketiga, Desember 1991. Saya berterima kasih kepada kakak saya–Asmara Dhalia Trijayanti, S.Sn.–yang telah memberikan buku itu kepada saya pada tahun 2001. Sungguh, buku itu sangat berfaedah bagi saya.

A. Mudjab Mahali menerjemahkan Ayyuhal Walad dari terbitan Mathba’ah Al-Ma’arif (Baghdad, 1968) menjadi Kepada Anakku Dekati Tuhanmu. Melalui penelusuran di mesin Google, saya memperoleh informasi bahwa buku itu mengalami cetakan kedelapan belas pada Maret 2005. Mâsyâ Allâh.

Kepada Anakku Dekati Tuhanmu merupakan buku kecil dengan ukuran 18 x 12 cm. Ketebalannya tidak lebih dari enam puluh halaman sehingga tidak butuh waktu lama untuk menuntaskannya. Namun, biasanya saya ingin membacanya lagi dan lagi, keseluruhan maupun sebagian sesuai kebutuhan. Ya, buku kecil itu sarat nasihat yang sangat bermanfaat, nasihat yang relevan dengan kehidupan harian. Berkenaan nasihat, Imam Ghazali mengemukakan bahwa nasihat itu mudah, yang susah adalah menerimanya.

Kekhasan buku itu adalah pengulangan seruan–yang menyiratkan kehalusan budi pekerti–sejak pembukaan hingga penutup. Seruan tersebut adalah “Wahai, anakku". Senada dengan judulnya, bukan?

Melalui buku My Dear Beloved Son or Daughter, saya memperoleh informasi bahwa yang dimaksud “anakku” adalah salah satu murid Imam Ghazali. Dikemukakan bahwa murid Imam Ghazali tersebut terus berpikir tentang cabang ilmu yang akan menerangi kuburnya dan bermanfaat baginya pada hari Pengadilan. Murid Imam Ghazali pun menulis surat kepada Imam Ghazali dan meminta beberapa nasihat yang dapat selalu dipelajarinya. Imam Ghazali membalas surat itu hingga lahirlah Ayyuhal Walad.

My Dear Beloved Son or Daughter merupakan hasil terjemahan Ayyuhal Walad yang dipublikasikan Dar-al Isha’at (Pakistan). Irfan Hasan menerjemahkan ke bahasa Inggris dan dipublikasikan pada tahun 2014. Ketebalannya tidak lebih dari tiga puluh halaman dan daftar isinya mencakup 25 judul, yaitu “Introduction of the Book” dan 24 puluh judul anjuran penuh kebijaksanaan. Berbeda dengan Kepada Anakku Dekati Tuhanmu, terjemahan oleh A. Mudjab Mahali tersebut hanya mengandung dua judul pada daftar isinya, yaitu “Pengantar” dan “Nasihat Orang Tua kepada Anak”.

Sebelum menguraikan nasihat untuk muridnya, Imam Ghazali berdoa, semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ memberi umur panjang kepadamu untuk taat kepada-Nya dan membimbingmu ke jalan orang-orang yang dicintai-Nya. Saya sebagai pribadi tersentil dengan nasihat berikut, “Wahai, anakku, bila perjalanan malammu hanya kamu lewati dengan menelaah ilmu pengetahuan, membaca buku, dan berdiskusi, amat menyedihkan nasib dirimu!” Imam Ghazali menegaskan, bila motivasimu ingin menghidupkan syariat dan misi Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, berbahagialah dirimu! Sebagai pribadi juga, saya tertarik dengan syair-syair yang mengandung ajaran agama Islam di dalamnya, dan tentu dituturkan dengan menawan.

Nasihat di antara untaian nasihat yang sangat menyentuh adalah pelajarilah ilmu dunia untuk memperlancar perintah Allah serta pelajarilah ilmu akhirat yang dapat menyelamatkan dirimu dari mara bahaya dan siksa api neraka. Itu menunjukkan bahwa segala ilmu bermanfaat yang kita peroleh hendaknya diamalkan untuk mengantarkan keselamatan dunia dan akhirat. Imam Ghazali menutup untaian nasihatnya dengan tiga doa yang biasa diucapkan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Ketiga doa tersebut hendaknya dibaca dalam setiap kesempatan, khususnya setelah shalat. Adapun dalam My Dear Beloved Son or Daughter, sebelum diuraikan ketiga doa tersebut, Imam Ghazali menuliskan agar muridnya menindaklanjuti untaian nasihatnya.

Demikian. Apakah Ibu dan Ayah tertarik dengan buku itu? Selamat menempuh petualangan mengasyikkan dalam mencarinya, ya! Selamat membaca dan selamat membaca berkali-kali!

Boyolali, 24 Desember 2019

 

Artikel ini telah dipublikasikan dalam majalah Ar-Royyan Edisi 55 (Ar-Risalah Peduli, Januari 2020) pada rubrik Bicara Buku.