“Tumbuhkanlah budaya baca di
kalangan mereka. Pilihlah kitab-kitab tertentu dan kisah-kisah yang bermanfaat
untuk mereka.” Begitulah nasihat Maram al-‘Athiyyah kepada para wanita dalam
mendidik anak-anak mereka. Menurut beliau, hal itu salah satu medan jihad
wanita di rumah.
Tentu nasihat tersebut juga
sesuai dengan pendidikan anak di sekolah. Guru dapat menunaikan nasihat
tersebut kepada anak didik dengan berbagai cara. Salah satunya, wisata buku.
Wisata buku merupakan salah
satu usaha menumbuhkan minat baca pada anak-anak sehingga mereka menjadi gemar
membaca. Dengan kata lain, wisata buku dimaksudkan agar anak-anak menjadikan
budaya baca sebagai sebuah kebutuhan. Mereka membaca di rumah, masjid, sekolah,
perpustakaan, ruang tunggu, dan sebagainya. Mereka membaca saat akan tidur,
istirahat sekolah, selepas Zhuhur, bakda ‘Ashar, menunggu
jemputan, dan sebagainya. Mereka terbiasa membaca buku secara tuntas, bukan
sepintas lintas. Dengan demikian, anak-anak dapat memetik ilmu yang bermanfaat
untuk tumbuh kembang mereka menjadi insan bermoral yang berkarya.
Baru saja saya dan beberapa
rekan guru kembali mengajak anak-anak wisata buku. Kali ini ke Toko Buku
Arafah. Setiba di sana, anak-anak disambut dengan pembagian pin cantik dari
“tuan rumah” bertuliskan Wisata Buku Arafah. Setelah itu, anak-anak mendapat
secuil pengetahuan tentang cara menulis buku. Acara pun dilanjutkan dengan
membeli buku di Arafah. Sebelumnya, anak-anak mendapat uang jajan buku
Rp5.000,00 dari sekolah.
Kami membebaskan anak-anak
memilih buku yang mereka suka. Tentu yang sesuai dengan jumlah uang saku yang
diterimanya dari rumah dan sekolah. Hal yang menarik hati adalah membantu
mereka menghitung potongan harga buku. Dengan ramah-tamah, kasir di sana ikut
membantu menghitung potongan harga buku yang ditanyakan anak-anak. Alhamdulillâh,
rata-rata buku yang mereka beli mendapat diskon 30%.
Wisata buku tersebut
sebenarnya sudah kami rencanakan sejak awal Tahun Pelajaran 2016/2017. Karena pertimbangan
tertentu, kami mengajak anak-anak ke Griya Solopos terlebih dahulu. Ajakan
tersebut tentu juga mempunyai maksud menumbuhkan budaya baca di kalangan
mereka. Tambahan lagi, wisata buku tersebut bukan yang pertama kali kami
adakan.
Kami mengawali wisata buku
pada bulan September 2013. Saat itu ada Pesta Buku di Pendapi Gedhe Balaikota
Solo dalam rangka hari Kunjung Perpustakaan. Selanjutnya, kami beberapa kali
mengajak anak-anak wisata buku ke Kompleks Toko Buku Busri (mburi Sriwedari)
dan Toko Buku Toga Mas. Kami juga pernah mengajak anak-anak ke Toko Buku Budhi
Laksana dan Perpustakaan Nurul Huda UNS. Anak-anak sangat bersemangat. Namun
saat di Toga Mas, mereka lebih terpikat membeli peralatan tulis dan penunjuk
halaman buku. Sebelum itu semua, kami sering menganjurkan agar anak-anak
berkunjung ke Pameran Buku Murah yang rutin diadakan di Assalam Hypermarket.
Hal di atas menunjukkan bahwa
kami memotivasi anak-anak supaya memiliki buku-buku bacaan di rumah. Kami tidak
melarangnya. Kami tidak menganjurkan anak-anak membaca buku-buku pelajaran
sekolah saja. Jika ada yang beropini bahwa guru tidak mendorong anak-anak
memiliki buku-buku bacaan di rumah, tentu kurang tepat. Sungguhpun begitu,
alangkah arifnya jika guru menyampaikan nasihat dari Dr. ‘Aidh al-Qarni, M.A.
kepada anak didiknya. Nasihat itu berbunyi, “… seorang penuntut ilmu harus
bijak dan cermat dalam memilih buku-buku yang akan dibeli dan dibacanya.
Sebaiknya, pilih buku-buku yang bermutu dan bermanfaat saja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkata yang baik atau hendaklah diam (H.R. Bukhârî dan Muslim).