Praktik Pembelajaran Inovatif: Menyajikan Pidato Persuasif secara Menarik dengan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Dhaniar
Retno Wulandari, S.S., M.Pd.
(Guru
Bahasa Indonesia SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo; Mahasiswa PPG Dalam Jabatan Kategori
1 Tahun 2022 LPTK Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
Aksi atau praktik pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan
ketertarikan peserta didik kelas IX-B SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo Semester Gasal
Tahun Ajaran 2022/2023 dalam menyajikan pidato persuasif secara menarik dengan
model pembelajaran berbasis masalah. Sesuai tujuannya, aksi ini dilaksanakan di
SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo, tepatnya tanggal 14 September 2022.
Situasi
Kondisi yang melatarbelakangi aksi ini adalah ketertarikan peserta didik dalam
menyajikan pidato persuasif masih kurang. Berdasarkan identifikasi masalah,
eksplorasi penyebab masalah, dan penentuan penyebab masalah; disimpulkan bahwa
penyebab masalah tersebut adalah saya sebagai guru belum merencanakan pembelajaran menyajikan
pidato persuasif secara matang.
Menurut Meirwandina Putra, S.S., penulis buku nonfiksi (buku ajar dan pengayaan) bersertifikat
kompetensi dari BNSP, hal yang menyebabkan guru belum mengembangkan perangkat
pembelajaran dengan baik adalah guru belum menguasai teori dasar pembelajaran
dan membaca dokumen kurikulum dengan sungguh-sungguh. Guru hendaknya memotivasi
dirinya untuk rajin belajar, misal belajar dengan para ahli. Guru harus
mengumpulkan banyak informasi dan terus berlatih. Guru harus memilih lingkungan
yang mendukungnya untuk menjadi lebih baik.
Praktik pembelajaran ini penting dibagikan karena bisa menambah referensi
praktik pembelajaran inovatif, khususnya materi menyajikan pidato persuasif
secara menarik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, praktik ini
diharapkan dapat memotivasi guru-guru di Indonesia untuk terus meningkatkan
kualitasnya sebagai guru profesional yang integratif. Dengan begitu, guru dapat
mengembangkan potensinya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi dan penentuan solusi, saya bertanggung
jawab merancang pembelajaran secara cermat agar ketertarikan atau minat belajar
peserta didik SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo dalam menyajikan pidato persuasif
dapat meningkat. Dengan demikian, potensi peserta didik dalam keterampilan
berbicara di depan umum, khususnya berpidato, dapat berkembang.
Tantangan
Ada beberapa tantangan untuk mencapai tujuan tersebut. Tantangan pertama,
saya membutuhkan banyak waktu dan ketekunan untuk merencanakan pembelajaran
tersebut. Proses penyusunannya dimulai saat pembelajaran Pembuatan Rencana Aksi
sebelum pelaksanaan Peer Teaching dan
Uji Komprehensif Pendidikan Profesi Guru (PPG) pada pertengahan Agustus 2022.
Selanjutnya, rancangan tersebut saya periksa kembali sebagai bekal Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) atau Praktik Pembelajaran Inovatif PPG yang dimulai pada akhir
Agustus 2022. Tantangan kedua, saya perlu melakukan kajian literatur yang
mendalam serta wawancara beberapa pihak. Pihak yang terlibat dalam mengatasi
tantangan tersebut adalah saya sendiri sebagai guru, kepala SMPIT Ar-Risalah
Sukoharjo, rekan-rekan guru SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo, para pakar, dan
perwakilan alumni peserta didik SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo.
Arif Usman Ashari, S.T. selaku kepala SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo
menyarankan agar saya menyajikan contoh pidato persuasif, baik tertulis, audio,
maupun audiovisual. Senada dengan itu, Muhdiyatmoko, M.Pd. selaku praktisi
pendidikan mengemukakan bahwa masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan
berbagai metode yang menarik, kreatif, dan inovatif dalam menyampaikan materi
ajar pidato persuasif, misal menggunakan media audiovisual yang memantik
keberanian peserta didik untuk memunculkan gagasan dan idenya. Guru bisa memperlihatkan video pidato persuasif yang
menarik sebagai role model. Siti Yulaikhah, S.Psi., Psi. selaku psikolog mengemukakan solusi, guru
bisa mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai sehingga peserta
didik bisa fokus dalam pembelajaran. Guru bisa memanfaatkan teknologi atau
aplikasi dalam pembelajaran.
Menurut Walker (2017: 144), penggunaan teknologi untuk mendukung
pembelajaran, misal mengajarkan sebuah penguasaan keterampilan, adalah hal yang
bijaksana. Selama mendukung pembelajaran, integrasi teknologi dapat membawa
kegembiraan bagi guru dan peserta didik. Anna Yuniati, S.H., M.Pd. selaku
praktisi pendidikan menegaskan, manfaat implementasi teknologi dalam
pembelajaran sangat besar. Teknologi informasi dan komunikasi maupun teknologi
lain dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan efektif. Adapun ciri
proses pembelajaran tersebut, yaitu memperbaiki mutu pembelajaran sebelumnya,
meningkatkan minat belajar peserta didik, serta mengembangkan ilmu pengetahuan
dan wawasan peserta didik.
Berkenaan dengan mutu pembelajaran sebelumnya itulah, saya tergerak hati
untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didik kelas IX-B SMPIT Ar-Risalah
Sukoharjo pada dua tahun ajaran sebelumnya. Selaras dengan itu, Azka Amanina,
S.Psi. selaku guru Bimbingan Konseling SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo mengemukakan
bahwa guru perlu memahami permasalahan pembelajaran yang dihadapi peserta didik,
misal dengan melakukan evaluasi pembelajaran atau mendengarkan tanggapan dan
harapan dari peserta didik.
Hanin Azizah, peserta didik kelas IX-B SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo Tahun
Ajaran 2021/2022, memberikan tanggapan bahwa proses pembelajaran pidato
persuasif sudah cukup bagus dan mudah dipahami. Harapannya, semoga bisa lebih
baik lagi. Alifah, peserta didik kelas IX-B SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo Tahun
Ajaran 2020/2021, memberikan tanggapan bahwa pembelajaran menyajikan pidato
persuasif telah melatih kemampuannya dalam berbicara sekaligus mengajarkannya lebih
percaya diri. Ia berharap kegiatan pembelajaran tersebut lebih baik, yakni dengan
bimbingan dari guru, agar peserta didik lebih siap dan matang dalam menyajikan
pidato persuasif.
Pembelajaran berbicara hendaknya dilakukan guru secara sungguh-sungguh
dengan berbagai teknik yang tepat sesuai dengan kondisi peserta didik agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai (Abidin, 2021: 135). Membuat pidato
persuasif adalah keterampilan berharga bagi peserta didik. Semakin banyak
peserta didik berlatih menulis dan menyajikan pidato persuasif, semakin percaya
diri mereka menghadapi situasi kehidupan nyata yang muncul dengan sendirinya
(The Editorial Team, 2020, https://resilienteducator.com).
Aksi
Berdasarkan itulah, diambil langkah-langkah
untuk menghadapi tantangan tersebut, yakni menyiapkan media pembelajaran yang
bervariasi, menentukan metode yang beragam, dan model pembelajaran yang
inovatif. Media pembelajaran yang digunakan adalah media teks, media visual, dan media bergerak
(audiovisual). Metodenya
meliputi pemodelan teks (audiovisual), kolaborasi,
dan curah gagasan terstruktur. Adapun model pembelajaran yang dipilih adalah
model Problem Based Learning atau pembelajaran
berbasis masalah.
O.
Akinoglu dan O.R. Tandogan (dalam Ariyana dkk, 2018: 33–34) mengemukakan sebelas kelebihan model
pembelajaran berbasis
masalah. Enam di
antaranya, yaitu mengembangkan kemampuan sosial dan keterampilan berkomunikasi
yang memungkinkan peserta didik belajar dan bekerja dalam tim, mengembangkan
keterampilan berpikir ilmiah tingkat tinggi, mengintegrasikan teori dan praktik
yang memungkinkan peserta didik menggabungkan pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru, memotivasi pembelajaran, memberikan keterampilan mengelola
waktu, serta membantu peserta didik untuk belajar sepanjang hayat. Berkenaan desain
pembelajaran Higher
Order Thinking Skill (HOTS)
atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi, Nurul ‘Aini,
M.Pd. selaku guru bidang bahasa SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo mengemukakan bahwa hal
itu dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menganalisis suatu masalah sehingga peserta didik
bisa lebih kritis dan kreatif.
Menurut Miyarso (2019: 9–23), karakteristik rancangan pembelajaran inovatif
abad ke-21, yakni berorientasi kolaborasi peserta didik dan guru, berorientasi
HOTS, berintegrasi dengan teknologi informasi dan komunikasi, berorientasi pada
keterampilan belajar dan mengembangkan keterampilan 4C (Creativity, Collaboration, Critical Thinking, dan Communication), berorientasi
pengembangan kemampuan literasi, serta berorientasi Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK). Oleh karena itulah, strategi yang saya gunakan dalam aksi atau praktik
pembelajaran ini, yaitu
melakukan pembelajaran yang berorientasi kolaborasi peserta didik dan guru, berorientasi HOTS, berintegrasi dengan
teknologi, serta berorientasi pada keterampilan 4C, kemampuan literasi, dan
penguatan karakter. Prosesnya diawali pendahuluan (orientasi, apersepsi, dan
motivasi), kegiatan inti (fase ke-1 sampai dengan ke-5), lalu penutup (evaluasi
dan rencana tindak lanjut).
Menurut R.I. Arends (dalam Ariyana dkk, 2018: 32), langkah kerja model pembelajaran
berbasis masalah terdiri atas lima fase, yaitu orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta
didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan
dan menyajikan hasil karya, kemudian menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Berdasarkan
hal itu, saya menayangkan pemodelan
melalui layar proyektor pada fase pertama. Saya juga menyampaikan masalah kontekstual yang akan
dipecahkan peserta didik secara berkolaborasi. Masalah kontekstual tersebut
adalah sebagai berikut.
- Mengapa kita perlu berlatih sebelum berpidato?
- Adakah kemungkinan kita gugup ketika berpidato padahal sudah banyak berlatih? Bagaimana cara mengatasi gugup saat berpidato?
- Bagaimana seandainya, kalian sudah banyak berlatih, tetapi penampilan kalian tidak sesuai harapan?
Pada fase kedua, saya mengarahkan peserta didik untuk
berkolaborasi dengan kelompok masing-masing dan memastikan setiap anggota memahami
tugasnya. Pada
fase ketiga, saya membimbing peserta didik dalam mengumpulkan informasi dan
menghasilkan solusi dari
permasalahan kontekstual yang mereka peroleh. Pada fase keempat,
saya membimbing peserta didik dalam berlatih menyajikan pidato dengan kelompok masing-masing.
Selanjutnya, saya mengorganisasi perwakilan kelompok untuk
menyajikan pidato persuasif
secara menarik di depan kelas. Pada fase kelima, saya mengarahkan peserta didik untuk
merumuskan simpulan apresiasi dan saran dari semua perwakilan kelompok.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi tersebut, yaitu saya
sebagai guru, peserta didik, kepala sekolah, dan teman-teman sejawat. Sumber
daya atau materi yang diperlukan, yaitu buku guru dan buku siswa, ponsel dan
jaringan internet, laptop, proyektor LCD, pengeras suara, arus listrik,
salindia dari PowerPoint, video dari YouTube, LKPD Kolaborasi dan LKPD Mandiri
yang mencakup Pedoman Penilaian Keterampilan Berpidato, serta instrumen
penilaian.
Refleksi
Dampak dari aksi atau praktik pembelajaran ini adalah ketertarikan peserta
didik dalam menyajikan pidato persuasif meningkat. Hal itu tampak dari
keaktifan peserta didik dalam pembelajaran tersebut. Hasilnya cukup efektif
karena 100% peserta didik yang merespons evaluasi pembelajaran melalui Google
Form menyatakan bahwa suasana belajar saat itu menyenangkan, 100% menyatakan
bahwa media pembelajaran yang digunakan guru saat itu menarik, 90% telah paham
menyajikan pidato persuasif secara menarik, 90% termotivasi untuk
menyajikan pidato persuasif secara menarik, dan 90% tertarik dengan dengan
fase-fase pembelajaran tersebut.
Melalui Ruang Kolaborasi Pelaksanaan Praktik Pembelajaran Ke-2 dalam LMS 03
PPG Daljab 2022 LPTK Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Dyah Ambarwati,
S.Pd. mengemukakan bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran tersebut sudah
dilakukan secara urut dan jelas; mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Fase pembelajaran pertama sampai dengan kelima juga
disampaikan. Guru menggunakan LCD untuk menyampaikan materi. Guru juga
memanfaatkan papan tulis pada saat pembelajaran, adapun tulisan Ibu Guru bagus
dan terbaca dengan jelas. Peserta didik berani tampil di depan dengan percaya
diri pada saat berpidato. Peserta didik juga diberi kesempatan untuk
menyampaikan masukan. Dyah Ambarwati, S.Pd. menambahkan, “Ruang kelas terlihat
sejuk.”
Menurut Titin Suryani, S.Pd., praktik pembelajaran ke-2 tersebut sudah
sangat bagus dan lebih mantap daripada praktik pembelajaran ke-1.
Langkah-langkah pembelajaran sudah dilakukan secara runtut, peserta didik juga
aktif. Titin Suryani, S.Pd. menambahkan, ”Saya sangat terkesan dengan suasana
kelasnya yang sejuk dan adem sehingga
proses pembelajaran menjadi nyaman.”
Sri Waliyah, S.Pd. berpendapat, semua langkah pembelajaran sudah
tersampaikan dengan urut dan baik, suara guru jelas sehingga peserta didik
dapat memahami yang disampaikan guru, pencahayaan video terang, sudah
menggunakan LCD dan papan tulis untuk pembelajaran, peserta didik aktif, serta aksi
kedua ini lebih bagus dan kreatif. Sri Waliyah, S.Pd. juga berpendapat bahwa
pengambilan video bagus sekali karena memfokuskan kamera ketika guru menayangkan
media, juga gerak peserta didik ketika tampil di depan kelas. Senada dengan
itu, Sri Kanthi Masyuni, S.Pd. menuturkan bahwa “... guru dan peserta didik
aktif saat KBM. Pengambilan video pembelajaran bagus ....”
Uraian respons dari teman-teman sejawat PPG Dalam Jabatan Kategori 1 Tahun
2022 LPTK UMP tersebut sekurangnya telah menunjukkan keberhasilan strategi
pembelajaran menyajikan pidato persuasif secara menarik dengan model
pembelajaran berbasis masalah pada aksi atau praktik pembelajaran ini. Faktor
keberhasilan tersebut adalah peningkatan kompetensi guru yang mencakup pedagogi,
kepribadian, sosial, dan profesional selama mengikuti PPG Dalam Jabatan Kategori
1 Tahun 2022 di LPTK UMP atas beasiswa dari Direktorat PPG, Kemdikbudristek. Faktor yang tidak
kalah penting, yaitu kolaborasi
peserta didik, guru, kepala SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo, rekan-rekan guru SMPIT
Ar-Risalah Sukoharjo, tenaga kependidikan SMPIT Ar-Risalah Sukoharjo, serta
teman sejawat dari tim media Yayasan Ar-Risalah. Alhamdulillâh.
Referensi
Abidin, Yunus. 2021. Pembelajaran
Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Cetakan IV. Bandung: Refika Aditama.
Ariyana, Yoki dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi: Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Miyarso, Estu. 2019. Modul 4: Perancangan Pembelajaran Inovatif
(Mata Kuliah Pedagogik Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pemerintah Republik
Indonesia. 2003. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional”.
The Editorial Team. 2020. “Simple
Steps to Create a Persuasive Speech”. https://resilienteducator.com.
Diakses tanggal 9 Agustus 2022 pukul 14.11.
Walker, Timothy D. 2017. Teach
Like Finland (Mengajar seperti Finlandia): 33 Strategi Sederhana untuk Kelas
yang Menyenangkan. Cetakan III. Jakarta: Grasindo.
Wulandari,
Dhaniar Retno. 2022. “LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah: PPG Dalam Jabatan
Kategori 1 Tahun 2022”. Pendidikan Profesi Guru (PPG), Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
_______.
2022. “LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi: PPG Dalam Jabatan Kategori 1 Tahun
2022”. Pendidikan Profesi Guru (PPG), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
_______.
2022. “LK 2.2 Menentukan Solusi: PPG Dalam Jabatan Kategori 1 Tahun 2022”.
Pendidikan Profesi Guru (PPG), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas
Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
_______.
2022. “LK 3.1 Menyusun Best Practices: PPG Dalam Jabatan Kategori 1 Tahun
2022”. Pendidikan Profesi Guru (PPG), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(FKIP), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).